Assalammualaikum Wrarahmatullahi Wabarakatuh
Cerita Rakyat Kalimantan Selatan : Datu Kalaka
Menurut cerita orang tua-tua
beberapa abad yang lalu, di suatu
kampung tinggallah seorang lelaki
bernama Datu Kalaka. Ia amat
disegani dan dihormati orang-orang
di kampung itu karena ia menjadi
pemimpin masyarakat di sana. Itu
pula sebabnya ia diberi gelar datu
oleh masyarakat.
Datu Kalaka disegani dan dihormati
masyarakat, tetapi ia dibenci dan
ditakuti Belanda. Ia sangat
menentang Belanda dan memimpin
perlawanan yang banyak meminta
korban di pihak Belanda. Anehnya,
walaupun pernah berkali-kali
terkepung pasukan Belanda, Datu
Kalaka selalu dapat meloloskan diri.
Tersebar berita di masyarakat,
khususnya di kalangan orang
Belanda, bahwa Datu Kalaka
mempunyai kesaktian
menghilangkan diri. Walaupun orang
biasa dapat melihat, orang Belanda
tetap tidak mampu melihat. Hal itu
membuat penasaran pihak Belanda.
Dengan segala tipu daya, mereka
berusaha menangkap Datu Kalaka.
Mereka menjanjikan hadiah besar
bagi siapa saja yang mampu
menyerahkan Datu Kalaka hidup
maupun mati kepada pihak Belanda
Oleh karena itu, Datu Kalaka selalu
pindah tempat tinggal untuk
menghindarkan diri dari Belanda.
Jadi, jika Belanda berusaha
mencarinya di kampung pasti sia-sia.
Akan tetapi, pada waktu-waktu
tertentu, ia kembali ke rumah,
berkumpul dengan keluarga dan
masyarakat sekitar.
Karena sudah cukup lama Belanda
tidak pernah datang ke
kampungnya, Datu Kalaka merasa
aman dan tidak perlu pindah tempat
tinggal. Ia menetap di kampung
sambil mengerjakan ladang dan
kebun serta memimpin masyarakat.
Pada suatu hari, ketika Datu Kalaka
sedang bersantai di rumah, ada
orang datang memberitahu bahwa
pasukan Belanda memasuki
kampung. Tentu mereka akan
menangkap Datu Kalaka.
Sebagai seorang datu, Datu Kalaka
tidak mau menunjukkan
kekhawatirannya di hadapan orang
lain. Ia juga tidak ingin
menyelamatkan diri sendiri jika
masyarakat menjadi korban
karenanya. Oleh karena itu, ia
menyuruh penduduk
menyelamatkan diri. Setelah itu, ia
memikirkan cara untuk meloloskan
diri. Sayang, tempat tinggalnya
sudah dikepung Belanda. Tidak
mungkin lagi ia lepas dari sergapan.
Jika sampai tertangkap, ia tidak
dapat membayangkan hukuman apa
yang akan diterimanya. Mungkin ia
akan disiksa, dikurung, bahkan
dibunuh. Jika ia melawan, berarti
bunuh diri.
Datu Kalaka tidak ingin ditangkap
dan tidak mau mati konyol. Ia
berpikir cepat dan memutuskan
mengambil jalan nekat yang tidak
masuk akal. Jika jalan yang ditempuh
itu ternyata meleset, nyawa
taruhannya.
Ketika pasukan Belanda memasuki
kampung, mereka amat penasaran
karena kampung sepi. Rumah-rumah
kosong. Belanda marah dan
melampiaskan kemarahan mereka
dengan menghancurkan kampung
itu. Mereka berpencar dan
memeriksa segenap pelosok
kampung.
Mereka kaget ketika tiba-tiba
melihat suatu pemandangan aneh
tapi nyata di suatu lorong. Sebuah
ayunan raksasa! Kedua sisi kain
panjang yang dijadikan ayunan itu
diikat wilatung (sejenis rotan yang
besar batangnya) ditautkan ke
puncak betung (bambu besar) yang
ada di kiri kanan lorong itu. Mereka
amat terkejut ketika menengok ke
dalam ayunan yang berada di
tengah-tengah lorong. Di dalam
ayunan itu terbaring dengan
tenangnya seorang bayi raksasa
sebesar ayunan. Bayi itu menatap
serdadu Belanda yang berdiri di
sekeliling ayunan, kemudian ia
memejamkan mata. Ukuran bayi itu
lebih besar dan panjang daripada
ukuran orang dewasa yang normal.
Seluruh tubuhnya ditumbuhi bulu,
bahkan berkumis dan bercambang
lebat.
Seluruh anggota pasukan Belanda
gemetar ketakutan. Jika bayinya saja
sebesar itu, apalagi orang tuanya.
Pasukan Belanda pun hilang
keberaniannya. Mereka segera
meninggalkan bayi raksasa dan
kampung yang telah kosong itu
untuk kembali ke markas.
Bayi raksasa itu ternyata Datu
Kalaka. Sebelum pasukan Belanda
datang, ia sempat membuat ayunan.
Kemudian, ia berbaring di dalam
ayunan itu dan berlaku seperti bayi.
Di Kabupaten Hulu Sungal Tengah
Propinsi Kalimantan Selatan
sekarang masih ada sebuah desa
bernama Kalaka. Konon, nama itu
diambil dari nama Datu Kalaka. Di
sana juga ada sebuah makam,
menurut orang tua-tua makam itu
makam Datu Kalaka. Makam itu luar
biasa besarnya, jarak antara nisan
yang satu dengan nisan lainnya
kurang lebih dua meter. Orang
percaya bahwa tubuh Datu Kalaka
itu tinggi besar, lebar dadanya
kurang lebih tujuh kilan (jengkal).
Demikianlah cerita rakyat dari provinsi Kalimantan Selatan, semoga bermanfaat.
Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Cerita Rakyat Kalimantan Selatan : Datu Kalaka
Menurut cerita orang tua-tua
beberapa abad yang lalu, di suatu
kampung tinggallah seorang lelaki
bernama Datu Kalaka. Ia amat
disegani dan dihormati orang-orang
di kampung itu karena ia menjadi
pemimpin masyarakat di sana. Itu
pula sebabnya ia diberi gelar datu
oleh masyarakat.
Datu Kalaka disegani dan dihormati
masyarakat, tetapi ia dibenci dan
ditakuti Belanda. Ia sangat
menentang Belanda dan memimpin
perlawanan yang banyak meminta
korban di pihak Belanda. Anehnya,
walaupun pernah berkali-kali
terkepung pasukan Belanda, Datu
Kalaka selalu dapat meloloskan diri.
Tersebar berita di masyarakat,
khususnya di kalangan orang
Belanda, bahwa Datu Kalaka
mempunyai kesaktian
menghilangkan diri. Walaupun orang
biasa dapat melihat, orang Belanda
tetap tidak mampu melihat. Hal itu
membuat penasaran pihak Belanda.
Dengan segala tipu daya, mereka
berusaha menangkap Datu Kalaka.
Mereka menjanjikan hadiah besar
bagi siapa saja yang mampu
menyerahkan Datu Kalaka hidup
maupun mati kepada pihak Belanda
Oleh karena itu, Datu Kalaka selalu
pindah tempat tinggal untuk
menghindarkan diri dari Belanda.
Jadi, jika Belanda berusaha
mencarinya di kampung pasti sia-sia.
Akan tetapi, pada waktu-waktu
tertentu, ia kembali ke rumah,
berkumpul dengan keluarga dan
masyarakat sekitar.
Karena sudah cukup lama Belanda
tidak pernah datang ke
kampungnya, Datu Kalaka merasa
aman dan tidak perlu pindah tempat
tinggal. Ia menetap di kampung
sambil mengerjakan ladang dan
kebun serta memimpin masyarakat.
Pada suatu hari, ketika Datu Kalaka
sedang bersantai di rumah, ada
orang datang memberitahu bahwa
pasukan Belanda memasuki
kampung. Tentu mereka akan
menangkap Datu Kalaka.
Sebagai seorang datu, Datu Kalaka
tidak mau menunjukkan
kekhawatirannya di hadapan orang
lain. Ia juga tidak ingin
menyelamatkan diri sendiri jika
masyarakat menjadi korban
karenanya. Oleh karena itu, ia
menyuruh penduduk
menyelamatkan diri. Setelah itu, ia
memikirkan cara untuk meloloskan
diri. Sayang, tempat tinggalnya
sudah dikepung Belanda. Tidak
mungkin lagi ia lepas dari sergapan.
Jika sampai tertangkap, ia tidak
dapat membayangkan hukuman apa
yang akan diterimanya. Mungkin ia
akan disiksa, dikurung, bahkan
dibunuh. Jika ia melawan, berarti
bunuh diri.
Datu Kalaka tidak ingin ditangkap
dan tidak mau mati konyol. Ia
berpikir cepat dan memutuskan
mengambil jalan nekat yang tidak
masuk akal. Jika jalan yang ditempuh
itu ternyata meleset, nyawa
taruhannya.
Ketika pasukan Belanda memasuki
kampung, mereka amat penasaran
karena kampung sepi. Rumah-rumah
kosong. Belanda marah dan
melampiaskan kemarahan mereka
dengan menghancurkan kampung
itu. Mereka berpencar dan
memeriksa segenap pelosok
kampung.
Mereka kaget ketika tiba-tiba
melihat suatu pemandangan aneh
tapi nyata di suatu lorong. Sebuah
ayunan raksasa! Kedua sisi kain
panjang yang dijadikan ayunan itu
diikat wilatung (sejenis rotan yang
besar batangnya) ditautkan ke
puncak betung (bambu besar) yang
ada di kiri kanan lorong itu. Mereka
amat terkejut ketika menengok ke
dalam ayunan yang berada di
tengah-tengah lorong. Di dalam
ayunan itu terbaring dengan
tenangnya seorang bayi raksasa
sebesar ayunan. Bayi itu menatap
serdadu Belanda yang berdiri di
sekeliling ayunan, kemudian ia
memejamkan mata. Ukuran bayi itu
lebih besar dan panjang daripada
ukuran orang dewasa yang normal.
Seluruh tubuhnya ditumbuhi bulu,
bahkan berkumis dan bercambang
lebat.
Seluruh anggota pasukan Belanda
gemetar ketakutan. Jika bayinya saja
sebesar itu, apalagi orang tuanya.
Pasukan Belanda pun hilang
keberaniannya. Mereka segera
meninggalkan bayi raksasa dan
kampung yang telah kosong itu
untuk kembali ke markas.
Bayi raksasa itu ternyata Datu
Kalaka. Sebelum pasukan Belanda
datang, ia sempat membuat ayunan.
Kemudian, ia berbaring di dalam
ayunan itu dan berlaku seperti bayi.
Di Kabupaten Hulu Sungal Tengah
Propinsi Kalimantan Selatan
sekarang masih ada sebuah desa
bernama Kalaka. Konon, nama itu
diambil dari nama Datu Kalaka. Di
sana juga ada sebuah makam,
menurut orang tua-tua makam itu
makam Datu Kalaka. Makam itu luar
biasa besarnya, jarak antara nisan
yang satu dengan nisan lainnya
kurang lebih dua meter. Orang
percaya bahwa tubuh Datu Kalaka
itu tinggi besar, lebar dadanya
kurang lebih tujuh kilan (jengkal).
Demikianlah cerita rakyat dari provinsi Kalimantan Selatan, semoga bermanfaat.
Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
إرسال تعليق